Berdasarkan
Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 50 Tahun
2015 Tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia berikut aturan penggunaan /
pemakaian tanda koma (,) dalam ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan:
1. Tanda koma dipakai
di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.
Misalnya:
Telepon
seluler, komputer, atau internet bukan barang asing lagi.
Buku,
majalah, dan jurnal termasuk sumber kepustakaan.
Satu,
dua, ... tiga!
2. Tanda koma dipakai
sebelum kata penghubung, seperti tetapi, melainkan, dan sedangkan, dalam kalimat
majemuk (setara).
Misalnya:
Saya
ingin membeli kamera, tetapi uang saya belum cukup.
Ini
bukan milik saya, melainkan milik ayah saya.
Dia
membaca cerita pendek, sedangkan adiknya melukis panorama.
3. Tanda koma dipakai
untuk memisahkan anak kalimat yang mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:
Kalau
diundang, saya akan datang.
Karena
baik hati, dia mempunyai banyak teman.
Agar
memiliki wawasan yang luas, kita harus banyak membaca buku.
Catatan:
Tanda
koma tidak dipakai jika induk kalimat mendahului anak kalimat.
Misalnya:
Saya
akan datang kalau diundang.
Dia
mempunyai banyak teman karena baik hati.
Kita
harus banyak membaca buku agar memiliki wawasan yang luas.
4. Tanda koma dipakai
di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat, seperti oleh karena
itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun demikian.
Misalnya:
Mahasiswa
itu rajin dan pandai. Oleh karena itu, dia memperoleh beasiswa belajar di luar
negeri.
Anak
itu memang rajin membaca sejak kecil. Jadi, wajar kalau dia menjadi bintang
pelajar
Orang
tuanya kurang mampu. Meskipun demikian, anak-anaknya berhasil menjadi sarjana.
5. Tanda koma dipakai
sebelum dan/atau sesudah kata seru, seperti o, ya, wah, aduh, atau hai, dan
kata yang dipakai sebagai sapaan, seperti Bu, Dik, atau Nak.
Misalnya:
O,
begitu?
Wah,
bukan main!
Hati-hati,
ya, jalannya licin!
Nak,
kapan selesai kuliahmu?
Siapa
namamu, Dik?
Dia
baik sekali, Bu.
6. Tanda koma dipakai
untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Misalnya:
Kata nenek saya, “Kita harus berbagi dalam
hidup ini.”
“Kita harus berbagi dalam hidup ini,” kata
nenek saya,
“karena
manusia adalah makhluk sosial.”
Catatan:
Tanda
koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung yang berupa kalimat tanya,
kalimat perintah, atau kalimat seru dari bagian lain yang mengikutinya.
Misalnya:
“Di
mana Saudara tinggal?” tanya Pak Lurah.
“Masuk
ke dalam kelas sekarang!” perintahnya.
“Wow,
indahnya pantai ini!” seru wisatawan itu.
7. Tanda koma dipakai
di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian-bagian alamat, (c) tempat dan
tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya:
Sdr.
Abdullah, Jalan Kayumanis III/18, Kelurahan Kayumanis, Kecamatan Matraman,
Jakarta 13130
Dekan
Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Salemba Raya 6, Jakarta
Surabaya,
10 Mei 1960
Tokyo,
Jepang
8. Tanda koma dipakai
untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Gunawan,
Ilham. 1984. Kamus Politik Internasional. Jakarta: Restu Agung.
Halim,
Amran (Ed.) 1976. Politik Bahasa Nasional. Jilid 1. Jakarta: Pusat Bahasa.
Tulalessy,
D. dkk. 2005. Pengembangan Potensi Wisata Bahari di Wilayah Indonesia Timur.
Ambon: Mutiara Beta.
9. Tanda koma dipakai
di antara bagian-bagian dalam catatan kaki atau catatan akhir.
Misalnya:
Sutan
Takdir Alisjahbana, Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia, Jilid 2 (Jakarta:
Pustaka Rakyat, 1950), hlm. 25.
Hadikusuma
Hilman, Ensiklopedi Hukum Adat dan Adat Budaya Indonesia (Bandung: Alumni,
1977), hlm. 12.
W.J.S.
Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Jogjakarta: UP
Indonesia, 1967), hlm. 4.
10. Tanda koma
dipakai di antara nama orang dan singkatan gelar akademis yang mengikutinya
untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Misalnya:
B.
Ratulangi, S.E.
Ny.
Khadijah, M.A.
Bambang
Irawan, M.Hum.
Siti
Aminah, S.H., M.H.
Catatan:
Bandingkan
Siti Khadijah, M.A. dengan Siti Khadijah M.A. (Siti Khadijah Mas Agung).
11. Tanda koma
dipakai sebelum angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan
dengan angka.
Misalnya:
12,5
m
27,3
kg
Rp500,50
Rp750,00
12. Tanda koma
dipakai untuk mengapit keterangan tambahan atau keterangan aposisi.
Misalnya:
Di
daerah kami, misalnya, masih banyak bahan tambang yang belum diolah.
Semua
siswa, baik laki-laki maupun perempuan, harus mengikuti latihan paduan suara.
Soekarno,
Presiden I RI, merupakan salah seorang pendiri Gerakan Nonblok.
Pejabat
yang bertanggung jawab, sebagaimana dimaksud pada ayat (3), wajib
menindaklanjuti laporan dalam waktu paling lama tujuh hari.
Bandingkan
dengan keterangan pewatas yang pemakaiannya tidak diapit tanda koma!
Siswa
yang lulus dengan nilai tinggi akan diterima di perguruan tinggi itu tanpa
melalui tes.
13. Tanda koma dapat
dipakai di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat untuk
menghindari salah baca/salah pengertian.
Misalnya:
Dalam
pengembangan bahasa, kita dapat memanfaatkan bahasa daerah.
Atas
perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih.
Bandingkan
dengan:
Dalam
pengembangan bahasa kita dapat memanfaatkan bahasa daerah.
Atas
perhatian Saudara kami ucapkan terima kasih.